Sunday, February 18, 2007
BaNJiR JaKARta
Sepintas laporan banjir Jakarta hari Jumat 02 Februari 2007. Hari itu seperti biasa aku tetap ngantor, meski hujan terus mengguyur Jakarta sejak dari hari Kamis 01 Februari 2007. Meski hujan ga henti-hentinya sejak kemarin tapi aku santai-santai aja dan ga pernah kepikiran bakal mengalami kejadian 5 tahun lalu Banjir Besar.
Yup, Banjir!!! Meski sebenarnya kata banjir ini da ga asing di telingaku karena sebelum aku pindah ke rumah yang sekarang, Oooppss sori maksudku rmh orang tua (Kebon Jeruk), dulu aku pernah tinggal di daerah kapuk yang memang daerah banjir, makanya orang tuaku sampai bela-belain untuk pindah karena capai kalau setiap hujan kami semua selalu was-was menunggu datangnya banjir, iiiihh parah banget kan???!!!
Alhamdulillah setelah rumah kami pindah didaerah Kebon Jeruk, kami tidak pernah was-was lagi ketika hujan terus menerus mengguyur Jakarta. Meski kejadian kemarin cukup menghebohkan karena banjir dimana-mana tapi Alhamdulillah rumah kami tidak banjir sedikitpun. Hanya saja kami tidak bisa kemana-mana karena akses jalan tertutup.
Hari Jumat itu, seperti biasa aku ngantor. Tiba di kantor Bosku telp kalau kami semua dianjurkan pulang karena air sudah mulai tergenang dimana-mana, terutama untuk karyawan yang rumahnya jauh. Memang hari itu teman-temanku yang datang kekantor bisa dihitung dengan dua tangan saja. Lalu teman-teman yang rumahnya agak jauh langsung pulang, kecuali yang rumahnya disekitar kantor.
Jujur saja hari itu aku sama sekali ga berniat pulang (kantor dekat rumah) dan sama sekali ga kepikiran kalau akan banjir, karena waktu aku lewat saja paginya jalanan masih bisa dilalui dengan kendaraan roda empat. Apalagi hari itu aku da janjian sama Honeyku untuk ketemuan ditempat biasa sore harinya (mengingat dia tinggal diluar kota jadi kami hanya ketemu setiap akhir pekan). Jadi aku santai-santai aja menunggu datangnya sore.
Pas jam 12-an Honeyku sms dan menginformasikan bahwa akses jalan ketempat ketemuan kami sudah tidak bisa dilewati, dan dia menganjurkan aku untuk pulang saja karena dia khawatir aku kena banjir. So, detik itu juga aku langsung pulang. Sampai didepan jalan sepi sekali ga ada mobil yang lewat. Hingga akhirnya aku naik taxi, didalam taxi pun aku masih santai-santai aja. Setelah melewati Relasi Kebon Jeruk, jalan yang menuju pasar pengampuan da banjir dan banyak mobil-motor ga bisa lewat dan macet sekali jalanan karena banyak mobil dan motor yang balik arah.
Aku lalu turun dari taksi, lalu berjalan dan….Oh MY God!!! Ternyata banjirnya dalam banget, air da naik tinggi sulit untuk dilalui. Jujur aja aku sempat panik karena kepikiran ga bisa pulang, ga mungkin kan nunggu sampai sore disitu, yang ada airnya akan semakin naik dan naik. Mengingat daerah pasar pengampuan itu dilewati oleh kali pesanggrahan yang merupakan aliran air dari bogor.
Karena ga ada kendaraan yang bisa lewat selain gerobak, so dengan menyingsingkan gengsi aku memutuskan untuk naik gerobak dengan tarif Rp 5000,- dari pada aku ga bisa pulang. Wah, melewati jalan itu benar-benar butuh perjuangan dan sepanjang jalan ta henti-hentinya aku berdoa. Bayangkan saja, aku da naik gerobak trus kaki aku da jinjit airnya tetap aja sepinggang aku. Belum lagi arusnya deras sekali, wah salut juga deh dengan abang-abang yang narik gerobaknya, tenaganya kuat banget ya?!
Ah, setelah sampai didaratan lega rasanya, begitu sampai dirumah ibu aku kaget karena aku pulang dengan baju basah kuyup gitu. Pengalaman yang ga akan aku lupakan seumur hidup aku. Meskipun sempat was-was dan basah kuyup, aku sangat bersyukur banget karena rumahku ga kena banjir bahkan listrik juga ga mati. Aku ga bisa bayangkan teman-temanku yang rumahnya kena banjir seperti Kiky, Ibra dan Maya, apalagi Kiky dan Maya masih punya anak yang masih kecil.
Alhamdulillah juga cuma banjir air, coba bayangkan saudara-saudara kita yang kena tsunami dan banjir lumpur. Semoga aja ga ada banjir besar lagi deh, mungkin juga ini peer buat kita semua sebagai warga Jakarta untuk tetap menjaga kota ini.
DiNie at 7:24 PM