Thursday, January 18, 2007
KiTa SeMuA TeMPaYaN ReTAk
Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air kerumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun.
Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air kerumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaan dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia berikan.
Setiap orang memiliki kekurangan. Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya” “mengapa?” tanya situkang air, “ mengapa kamu merasa malu?” “saya hanya mampu selama dua tahun ini membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa”. “Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi.”
Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah disepanjang jalan.” Allah sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah. Benar, ketika mereka naik kebukit si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur.
Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak meminta maaf kepada situkang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan disisimu? Tapi tidak ada bunga disepanjang jalan disisi tempayan lain yang tidak retak itu?”
Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya, aku telah menanam benih-benih bunga sepanjang jalan disismu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu, majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang. “Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri”.
DiNie at 6:38 PM